IPA, SMP, Topik Belajar

Zat Aditif: Arti, Jenis, Dan Efeknya Bagi Tubuh | IPA Kelas 8

Teman KOCO, kamu suka jajan telur gulung, cilok, cireng, atau batagor di depan sekolah nggak? Pasti enak dan nagih kan rasanya? Itu semua karena abang-abang penjualnya menambahkan zat aditif di bumbunya. Zat aditif itu bahaya nggak Minco? Mau tau jawabannya? Pas banget nih, pada materi kali ini Minco mau ajak kamu untuk belajar tentang apa itu zat aditif beserta dampaknya bagi tubuh. Yuk, langsung aja simak penjelasannya di bawah ini!

Apa Itu Zat Aditif?

Secara umum, zat aditif adalah zat atau bahan yang memang sengaja ditambahkan ke dalam makanan atau minuman untuk meningkatkan penampillan, sifat, dan kualitasnya. Misalnya seperti mempercantik warna, menguatkan rasa, mengatur keasaman, atau untuk mengawetkan produk. Tidak hanya itu saja, bahkan penambahan zat aditif pada produk makanan atau minuman juga bisa untuk meningkatkan nilai gizi, seperti protein, mineral, dan vitamin.

Menurut alodokter.com, zat aditif akan dicampurkan pada produk makanan dan minuman selama proses pengolahan, penyimpanan, hingga pengemasan. Di Indonesia, zat aditif ini biasa disebut dengan istilah Bahan Tambahan Pangan (BTP). Semua produksi dan penjualan dari produk makanan dan minuman yang menggunakan zat ini harus mendapatkan izin edar dan persetujuan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) agar lebih aman dikonsumsi oleh masyarakat.

Nah, bagaimana dengan makanan dan minuman yang dijual di pinggir jalan itu Minco? Karena rata-rata produk yang seperti itu tidak terdaftar BPOM, maka kamu harus lebih berhati-hati dalam mengonsumsinya, Teman KOCO. Jadi, jangan terlalu sering untuk mengonsumsinya apalagi jika bukan alami, sebab kadar zat aditif di dalamnya tidak diketahui pasti jumlahnya.

Jenis Zat Aditif

Perlu kamu ketahui, zat aditif ini banyak jenisnya berdasarkan sumber pembuatan dan fungsinya. Apa saja itu? Okey, Minco akan jelaskan satu per satu ya!

Berdasarkan sumber pembuatan

Nah, berdasarkan sumber atau asal pembuatannya, zat aditif ini terdiri dari dua jenis, yaitu:

  • Zat aditif alami: Zat aditif yang berasal dari bahan alami, misalnya hewan atau tumbuhan. Contohnya seperti garam, gula, asam, jahe, kunyit, lengkuas, bawang putih, dan daun pandan.
  • Zat aditif buatan: Zat aditif yang dibuat oleh manusia melalui reaksi kimia di laboratorium dan berasal dari bahan yang sifatnya mirip dengan bahan alami yang sejenis. Misalnya yaitu MSG (Monosodium Glutamat), Aspartam, asam cuka, natrium benzoat, dan sakarin.

Berdasarkan fungsi

Zat aditif yang terbagi menjadi beberapa jenis berdasarkan fungsinya. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 menjelaskan bahwa zat aditif makanan atau Bahan Tambahan Pangan (BTP) terdiri dari beberapa golongan, yaitu:

Pewarna

Seringkali zat aditif banyak digunakan untuk memberikan warna tertentu pada makanan. Tujuannya untuk memberikan kesan menarik dan indah pada makanan serta memperbaiki makanan yang dapat berubah akibat proses pengolahan sehingga warnanya pun menjadi lebih kuat.

Pewarna ini bisa berasal dari bahan alami maupun buatan. Untuk pewarna alami sendiri sebenarnya lebih aman dikonsumsi dan tidak menimbulkan efek samping terhadap kesehatan dibandingkan dengan pewarna buatan. Sayangnya, warna yang dihasilkan tidak homogen atau menyatu karena ketersediaan warnanya sangat terbatas dan cenderung kurang tahan lama. Coba lihat contoh pewarna alami pada tabel berikut:

Pewarna alamiWarna yang dihasilkanSumberDigunakan pada
KurkuminKuningKunyitNasi kuning
KaramelCokelatGula cairRoti, biskuit
KlorofilHijauDaun pandan, daun sujiKue bolu
KarotenOrange – MerahWortel, pepayaMinyak goreng, margarin
Contoh pewarna alami

Pewarna alami di atas biasanya tidak terlalu cerah dan cepat pudar, maka dari itulah dibuat pewarna buatan yang mempunyai banyak pilihan warna lebih cerah dan bervariasi. Bahkan, terkadang cukup beberapa tetes saja, warna yang dihasilkan sudah terang dan menyatu ke produk. Karena harganya murah dan sangat praktis digunakan, tidak heran bila banyak orang lebih menggunakan pewarna buatan ini dalam membuat produk makanan.

Namun, penggunaan pewarna buatan harus diperhatikan dan tidak boleh lebih dari batas yang telah ditentukan. Selain itu, produk makanan atau minuman yang menambahkan pewarna buatan juga harus diuji dulu agar aman untuk dikonsumsi. Berikut adalah beberapa contoh pewarna buatan yang diizinkan untuk ditambahkan ke dalam makanan:

Pewarna buatanWarna yang dihasilkanDigunakan pada
Tartazin (Tartazine)KuningEs krim, mi instan, sereal, puding, makanan ringan
Karmoisin (Carmoisine/Azorubine)MerahPermen, jelly, selai, saus, susu, kue
Merah allura (Allura red AC)Merah JinggaMinuman, produk susu, puding, permen
Biru berlian (Briliant blue FCF)BiruMinuman, permen
Hijau FCF (Fast green FCF)HijauMinuman, puding, es krim, produk susu
Contoh pewarna buatan

Pemanis

Perlu kamu ketahui, zat aditif juga dapat memberikan rasa manis pada makanan. Untuk pemanis alami, biasanya dapat diperoleh dari proses sintesis, ekstrak buah dan sayuran (glukosa, fruktosa, dan sukrosa), serta fermentasi (sorbitol, silitol). Berikut adalah beberapa sumber pemanis alami yang sering kamu temukan di kehidupan sehari-hari:

  • Gula aren Terbuat dari nira pohon enau dan mengandung sukrosa.
  • Gula tebu → Diperoleh dari tananam tebu dan mengandung sukrosa juga.
  • Gula kelapa → Hampir sama dengan gula aren, gula kelapa ini terbuat dari nira pohon kelapa dan warnanya lebih muda dari gula aren.
  • Madu → Berasal dari lebah dan mengandung fruktosa, glukosa, dan sukrosa.

Meskipun lebih aman dikonsumsi, namun gula alami ini mempunyai kadar kalori yang tinggi sehingga tidak bisa dikonsumsi oleh penderita penyakit diabetes melitus. Maka dari itulah, diciptakan gula sintesis yang rendah kalori dan bisa dinikmati oleh semua orang. Contohnya seperti aspartam, sakarin, kalsium dan natrium siklamat. Selain rendah kalori, pemanis buatan cenderung lebih manis daripada pemanis alami hingga 30 – 500 kali lipat. Berikut penjelasannya:

  • Sakarin → Tingkat kemanisan 300-500 kali gula pasir, tidak berkalori, menyisakan rasa pahit, harganya murah, kelebihan dosis akan memicu kanker.
  • Siklamat → Tingkat kemanisan 30 kali gula pasir, tidak berkalori, kelebihan dosis akan memicu kanker kandung kemih dan kerusakan genetik.
  • Aspartam → Tingkat kemanisan 160-200 kali gula pasir, rendah kalori, tidak menyisakan rasa pahit, tidak tahan suhu tinggi, kelebihan dosis akan memicu kerusakan saraf otak dan kanker.
  • Sukralosa → Tingkat kemanisan 600 kali gula pasir, tidak berkalori, stabil pada suhu tinggi.
  • Asesulfam K → Tingkat kemanisan 200 kali gula pasir, stabil pada suhu tinggi, stabil pada kondisi asam dan basa, bebas kalori.
  • Neotam → Tingkat kemanisan 8.000 kali gula pasir, dapat dimetabolisme dan aman dikonsumsi.

Pengawet

Golongan zat aditif selanjutnya yaitu pengawet yang seringkali digunakan untuk mengawetkan atau mempertahankan makanan agar tidak cepat busuk, baik itu karena bakteri, jamur, maupun karena zat itu sendiri dalam produk. Penghambatan atau pencegahan pembusukan pada makanan biasanya menggunakan mikroorganisme. Sama halnya dengan golongan zat aditif lain, pengawet juga ada yang alami dan buatan. Contoh dari pengawet alami di antaranya yaitu:

  • Garam → Berasal dari penguapan air laut; dapat menyerap air sehingga menjaga makanan tetap kering dan mencegah tumbuhnya mikroba pembusuk makanan. Misalnya pada pengawetan telur asin.
  • Gula → Dapat menyerap air dan mencegah pertumbuhan mikroba pembusuk pada makanan. Misalnya pada pembuatan manisan buah.
  • Cuka → Dihasilkan dari fermentasi gula dan air; mengandung asam asetat yang bersifat antimikroba. Misalnya pada pengawetan makanan kaleng, acar, dan saus.
  • Kunyit → Bersifat antibiotik yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba penyebab pembusukan makanan. Misalnya pada nasi kuning atau tahu.
  • Air endapan abu merang (air ki) → Berasal dari jerami. Misalnya pada pengawetan mie basah.

Sedangkan, pada pengawet buatan produk makanan atau minuman ada beberapa yang diizinkan digunakan. Hal ini tercantum dalam Peraturan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Nomor 36 Tahun 2013, yang meliputi:

Pengawet buatanFungsiDigunakan untuk pada pengawetan
BenzoatAntibakteri
(kelebihan dosis menyebabkan alergi dan iritasi pada lambung dan saluran pencernaan.)
Makanan ringan, sari buah, kecap, saus, selai, agar-agar, dan nata de coco.
SorbatMenekan laju pertumbuhan jamur tanpa memengaruhi rasa makanan.Keju, margarin, acar, dan sari buah.
NitritMenghambat pertumbuhan mikroba
(kelebihan dosis menyebabkan keracunan dan radang ginjal.)
Kornet, sosit, keju, ikan, daging, dan kue kering.
SulfitMencegah browning dan mempunyai sifat anti septik.Sari nanas, udang beku, dan potongan kentang.
PropionatMencegah tumbuhnya jamur dan kapang dan menghambat pertumbuhan bakteri
(kelebihan dosis menyebabkan kelelahan, insomnia, dan migrain.)
Keju dan produk berbahan tepung.
Contoh pengawet buatan

Perasa

Zat aditif juga dapat memberikan rasa dan aroma pada makanan (penyedap), baik alami maupun buatan. Perisa atau penyedap alami bisa didapatkan melalui:

  • Daun jeruk untuk memberikan rasa dan aroma khas pada keripik, kacang, dan aneka masakan seperti rendang.
  • Daun pandan untuk memberikan rasa dan aroma khas pada kue, roti, dan agar-agar.
  • Jahe (mengandung flavonoid dan minyak atsiri) untuk memberikan rasa dan aroma khas pada aneka masakan, kue, dan minuman.
  • Kaldu ayam/sapi untuk memberikan rasa gurih pada makanan seperti sup, bubur, dan mie.
  • Perasan jeruk untuk memberikan rasa asam pada hidangan ayam, udang, dan seafood.

Tetapi, penyedap alami seringkali dikesampingkan sebab penyedap buatan lebih mengeluarkan rasa dan praktis digunakan, salah satunya mecin yang tentu Teman KOCO sering konsumsikan? Hayo, ngaku… Sebenarnya, ada beberapa penyedap atau perasa buatan lain yang juga sering digunakan lho, yaitu:

  • Butil asetat untuk memberikan rasa dan aroma murbei.
  • Amil asetat untuk memberikan rasa dan aroma pisang.
  • Oktil asetat untuk memberikan rasa dan aroma jeruk.
  • Etil butirat untuk memberikan rasa dan aroma nanas.
  • Propil asetat untuk memberikan rasa dan aroma pir.
  • Etil fenil asetat untuk memberikan rasa dan aroma madu.

Penguat rasa

Golongan zat aditif yang terakhir yaitu penguat rasa. Zat aditif juga mampu menguatkan rasa dan aroma dari makanan tanpa memberikan tambahan dari rasa atau aroma tersebut. Misalnya jika pada penguat rasa alaminya yaitu rempah-rempah yang berupa cengkih, pala, merica, laos, cabai, kunyit, ketumbar, vanili, daun salam, dan serai. Sedangkan, untuk penguat rasa buatan biasanya berupa asam glutamat, asam guanilat, asam inosinat, dan monosodium glutamat.

Efek/Dampak Penggunaan Zat Aditif Bagi Manusia

Penggunaan zat aditif tentu saja diperbolehkan, asal masih dalam jumlah yang wajar atau sesuai ketentuan, terutama untuk zat aditif buatan. Untuk memastikan zat aditif pada makanan dapat digunakan tanpa ada efek bahaya, maka ditetapkan jumlah asupan harian yang layak konsumsi (Acceptable Daily Intake/ADI).

ADI adalah perkiraan jumlah maksimal zat aditif pada makanan yang dapat dikonsumsi dengan aman setiap hari selama seumur hidup, tanpa efek kesehatan yang merugikan. Jumlah tersebut telah ditentukan oleh BPOM.

Dosis yang berlebihan, apalagi jika dikonsumsi dalam jangka waktu yang panjang maka akan menyebabkan terjadinya berbagai resiko penyakit dan gangguan pada tubuh manusia. Contohnya yaitu:

  • Diare
  • Sakit perut
  • Batuk pilek
  • Muntah
  • Gatal-gatal
  • Ruam kulit
  • Sakit kepala
  • Kanker

Beberapa zat aditif pada makanan yang diduga mempunyai efek samping terhadap kesehatan, antara lain:

  • Pemanis buatan, seperti aspartam, sakarin, natrium siklamat, dan sucralose
  • Asam benzoat dalam produk jus buah
  • Lecithin, gelatin, tepung maizena, dan propilen glikol dalam makanan
  • Monosodium glutamate (MSG)
  • Nitrat dan nitrit pada sosis dan produk olahan daging lainnya
  • Sulfit dalam bir, anggur, dan sayuran kemasan
  • Maltodextrin

Bagaimana, Teman KOCO? Sudah mulai paham kan dengan materi kali ini? Pelajari juga tentang zat adiktif agar pengetahuan kamu semakin luas!

Kalau kamu ada pertanyaan, langsung tulis di kolom komentar, ya. Kamu juga bisa mencoba mengerjakan tugas terkait topik ini di Kelas BesTie lho!

Kamu juga bisa mendownload rangkuman materi gratis, menonton video pembelajaran atau bertanya langsung dengan guru menggunakan KOCO Star.   

Yuk, dapatkan semua aksesnya dengan klik banner di bawah ini!

koco star

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *