Sejarah, SMA, Topik Belajar

Perlawanan Banten: Latar Belakang Sultan Ageng Tirtayasa Melawan VOC | Sejarah kelas 11

Para pendahulu kita berperang untuk melawan keserakahan bangsa barat yang ingin menguasai Indonesia dengan melakukan monopoli perdagangan, kerja paksa, penarikan pajak, sewa tanah, dan tanam paksa. Hal itu menimbulkan banyak kerugian dan membuat sengsara rakyat Indonesia. Rakyat yang tidak tahan lagi akhirnya melakukan perlawanan untuk memperjuangkan martabat dan kemerdekaan. Dari seluruh penjuru tanah air pun timbul perlawanan terhadap VOC Belanda. Simak sejarah perlawanan Banten yang dipimpin Sultan Ageng Tirtayasa dibawah ini.

Perlawanan Banten: Latar Belakang Sultan Ageng Tirtayasa Melawan VOC | Sejarah kelas 11

Latar Belakang Perlawanan Banten

Perlawanan Banten - Latar Belakang Sultan Ageng Tirtayasa Melawan VOC - Sejarah kelas 11

Sejarah Pesatnya Perdagangan dan Pelabuhan Banten

Sejarah perang Banten berawal dari perdagangan rempah – rempah yang seringkali diangkut dari Maluku ke Banten terutama oleh pedagang dari Jawa.

Di Banten juga terdapat koloni bangsa Arab, Turki, Gujarat, Siam dan Parsi, juga perkampungan Melayu, Ternate, Banda, Bugis, Banjar, Makassar dan perkampungan lainnya.

Dalam sejarah berdirinya Banten juga menjadi pelabuhan untuk pelayaran dari Utara terutama Cina. Maka pedagang Cina juga memiliki pengaruh yang tidak sedikit di pelabuhan Banten dengan memberi pinjaman untuk jual beli komoditi, berdagang atau menjadi pengecer.

Mereka mendatangkan barang – barang sutra dan porselen sampai Banten menjadi penguasa pasar di seluruh Nusantara. Penguasa Banten tidak menginginkan adanya monopoli perdagangan dari siapapun yang berdagang di pelabuhannya.

VOC Tertarik Menguasai Banten

Pesatnya perkembangan Banten sebagai kota pelabuhan terbesar Nusantara menarik keinginan VOC untuk menguasainya. Mereka melakukan cara kotor dengan memblokade kapal – kapal Cina dan juga kapal yang datang dari Maluku yang akan masuk ke Banten.

Karena sering mendapat pertentangan dari rakyat Banten, Belanda kemudian membangun kota pelabuhan di Sunda Kelapa atau Jayakarta. Pelabuhan itu kemudian dinamakan Batavia oleh Belanda pada tahun 1619 M. Sejak itu terjadi perebutan posisi sebagai bandar perdagangan internasional antara Banten dan VOC.

Sultan Ageng Tirtayasa Berjuang Mengamankan Banten

Ketika Pangeran Surya atau Sultan Ageng Tirtayasa naik tahta pada 1651 M, beliau berusaha memulihkan Banten sebagai pusat perdagangan internasional dengan melakukan beberapa langkah berikut:

• Mengundang para pedagang dari Inggris, Perancis, Denmark dan Portugis untuk ikut melakukan perdagangan di Banten.

• Memperluas hubungan perdagangan dengan Cina, India dan Persia.

• Mengirimkan kapal – kapal untuk mengganggu armada VOC

• Membangun saluran irigasi dari Sungai Ujung Jawa hingga ke Pontang sebagai persiapan untuk lalu lintas suplai ketika terjadi perang dan juga untuk mengaliri padi.

Perlawanan Banten dan VOC Makin Memanas

Tumbuhnya Banten sebagai kota perdagangan internasional sangat dibenci oleh VOC, sehingga VOC sering menghadang kapal-kapal china yang akan menuju Banten, melihat perbuatan licik VOC.

Sultan Ageng melakukan tindakan balasan dengan mengganggu kapal-kapal dagang VOC rakyat Banten juga melakukan perusakan terhadap beberapa kebun tanaman tebu milik VOC.

Akibatnya hubungan antara Banten dan Batavia semakin memburuk. Menghadapi serangan Banten, VOC memperkuat diri dengan mendirikan benteng-benteng pertahanan di Batavia.

Pembagian Tata Pemerintahan Kesultanan Banten

Pada 1671 Sultan Ageng mengangkat Sultan Haji sebagai Sultan Muda yang bertugas untuk mengurus masalah dalam negeri, sedangkan Sultan Ageng dan Pangeran Purbaya mengurusi masalah yang berhubungan dengan luar negeri.

Pembagian dalam tata pemerintahan Kesultanan Banten ini membuka peluang bagi Belanda untuk menghasut Sultan Haji agar tidak memisahkan urusan pemerintahan di Banten dan mereka juga mempengaruhi Sultan Haji yang ambisius mengenai kemungkinan Pangeran Purbaya yang akan diangkat sebagai Raja dan pemimpin Kesultanan Banten.

Konflik Internal Kesultanan Banten Akibat Hasutan VOC

Sejak terhasut oleh fitnah kejam dari VOC timbullah pertentangan yang tajam antara bapak dan anak Tanpa berpikir panjang Sultan Haji segera membuat persekongkolan dengan VOC untuk merebut tahta kesultanan Banten.

Dalam persekongkolan tersebut VOC sanggup membantu Sultan Haji untuk merebut Kesultanan Banten tetapi dengan empat syarat antara lain:

• Banten harus menyerahkan Cirebon kepada VOC,

• Monopoli lada di Banten dipegang oleh VOC dan harus menyingkirkan para pedagang Persia, India, dan Cina,

• Banten harus membayar 600.000 ringgit apabila ingkar janji, dan

• Pasukan Banten yang menguasai daerah pantai dan pedalaman Priangan segera ditarik kembali.

VOC Berhasil Merebut Banten hingga Terjadi Perlawanan Rakyat

Dengan perjanjian diatas, pada tahun 1681 atas nama sultan haji VOC dapat merebut Banten, dan menjadikan Sultan Haji sebagi raja di istanan Surosowan.

Tindakan Sultan Haji menimbulkan reaksi dari rakyat Banten dan tidak mengakuinya sebagai Sultan. Rakyat Banten memilih berperang melawan VOC serta Sultan Haji demi kesetiaan mereka pada Sultan Ageng Tirtayasa.

Bersama pasukan dan rakyat yang masih setia Sultan Ageng Tirtayasa. merebut kembali Kesultanan Banten dari Sultan Haji yang didukung VOC. Pada tahun 1682 pasukan Sultan Ageng Tirtayasa berhasil mengepung istana Surosowan.

Sultan Haji terdesak dan segera meminta bantuan tentara VOC. Datanglah bantuan tentara VOC di bawah pimpinan Francois Tack. Pasukan Sultan Ageng Tirtayasa dapat dipukul mundur dan terdesak hingga ke Benteng Tirtayasa.

Sejak itu ia diburu VOC agar mau menyatakan diri takluk pada kuasa VOC dalam sejarah perang Banten. Sultan Ageng beserta Pangeran Purbaya dan Syeikh Yusuf, menantunya mengamankan diri dan mendirikan markas di Lebak atau yang sekarang dikenal sebagai Rangkasbitung.

Sultan Ageng Tirtayasa Tertangkap VOC

Sultan Ageng melancarkan pertempuran dengan Belanda selama setahun, namun sering menderita kerugian hingga Syeikh Yusuf tertangkap.

Akhirnya pada bulan Maret 1683, Sultan Ageng Tirtayasa dengan tipu muslihat VOC dapat ditangkap dan ditawan di Batavia.

Ia menyerah kepada Belanda dan ditawan di Batavia hingga akhir hayatnya pada 1692. Syeikh Yusuf
dibuang ke Ceylon.

Makna dan Nilai Perlawanan Banten serta Perjuangan Sultan Ageng

Namun harus diingat dan harus kalian teladani bahwa semangat juang Sultan Ageng Tirtayasa beserta pengikutnya tidak pernah padam demi tetap tegak berdirinya NKRI.

Sultan Ageng Tirtayasa telah mengajarkan untuk selalu menjaga kedaulatan negara dan mempertahankan tanah air dari dominasi asing.

Hal ini terbukti setelah Sultan Ageng Tirtayasa meninggal, perlawanan rakyat Banten terhadap VOC terus berlangsung. Misalnya pada tahun 1750 timbul perlawanan yang dipimpin oleh Ki Tapa dan Ratu Bagus. Perlawanan ini ternyata sangat kuat sehingga VOC kewalahan menghadapi serangan itu.


Usai menyimak pemaparan diatas, kini kamu makin mahir menguasai seputar perlawanan Banten. Penasaran, kan untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman materi yang kamu miliki? Yuk kerjakan TEMU (Tes Kemampuan Kamu) di Kelas BESTIE , ya!

Oiya, Minco alias Mimin KOCO juga mau kasih bocoran, nih kalau KOCO Star juga menyediakan media pembelajaran jika kamu masih butuh penjelasan yang lebih lengkap lagi. Langsung klik gambar banner ini, ya!

Dapatkan juga akses ke ribuan materi atau video belajar Matematika, IPA, IPS, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, serta bantuan langsung dari para guru secara live online dengan berlangganan KODIO Learning.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *