Pengertian Hidrosfer, Unsur, dan Siklusnya | Geografi Kelas 10
Hai, Teman KOCO! Jika kemarin kita sudah belajar tentang dinamika atmosfer, nah kali ini Minco akan mengajak kamu lagi untuk mempelajari tentang hidrosfer. Dari katanya saja mungkin kamu sudah tau lapisan apa ini? Yap, hidrosfer adalah lapisan air yang menyelimuti bumi. Nah, bagaimana cara kerja hidrosfer ini? Yuk, cari tau selengkapnya di sini!
Pengertian Hidrosfer
Sebenarnya, istilah hidrosfer ini berasal dari kata hydro yang artinya air, dan shaire yang artinya lapisan. Sehingga, dapat diartikan bahwa hidrosfer adalah lapisan air yang menutupi permukaan bumi. Jika atmosfer merupakan lapisan udara, nah hidrosfer ini adalah lapisan bumi yang berupa air.
Perlu kamu ketahui, air yang ada di permukaan bumi 69,56% adalah air yang berasal dari salju, 30,10% air bersih di permukaan bumi, 0,006% air sungai, 0,03% rawa, 0,05% uap air, 004% atmosfer, dan 0,25% adalah air tawar. Air adalah kebutuhan yang paling penting bagi kebutuhan hidup manusia. Keberadaan air di permukaan bumi tidak akan perhabis sebab air mengalami proses sirkulasi yang berlangsung secara terus menerus, proses ini disebut dengan siklus hidrologi.
Unsur-unsur Hidrosfer

Sebelum masuk ke pembahasan siklus hidrologi, kamu harus mengetahui terlebih dahulu apa saja unsur-unsur dari hidrosfer. Berikut adalah unsur-unsur dari hidrosfer:
- Evaporasi → penguapan air yang ada di permukaan bumi, berasal dari badan air (air yang tertampung di danau, sungai, dan laut) suatu proses yang mengubah air yang berwujud cair menjadi air dalam wujud gas, sehingga terjadinya kenaikan air ke atmosfer, panas matahari yang membantu proses penguapan air yang menjadi uap air dan naik ke atmosfer.
- Transpirasi → penguapan air yang berasal dari tanaman melalui pengeluaran uap dari air dan oksigen pada siang hari.
- Evapotranspirasi → merupakan proses perubahan wujud dari air menjadi uap air melalui berbagai bentukan air dari daratan, lautan, bahkan tumbuhan. Proses ini merupakan proses penggabungan penguapan dari evaporasi dan transpirasi.
- Kondensasi → ketika uap air mencapai kapasitas maksimum atau kemampuan untuk menampung uap air), maka uap air mencapai titik jenuh, proses berubahnya uap air menjadi partikel-partikel es berukuran kecil dan saling mendekat satu dengan yang lainnya membentuk awan.
- Presipitasi → sinar matahari membantu proses penguapan dari air dan meningkatkan kelembaban dari atmosfer, mencairnya awan akibat dari pengaruh suhu udara yang tinggi akan menyebabkan terjadinya hujan.
- Intersepsi → hujan yang turun tidak langsung masuk ke dalam air tanah, melainkan tertampung oleh dedaunan, hutan, sehingga volume air yang masuk ke dalam tanah tidak terlalu besar.
- Run off atau limpasan → proses pergerakan air dari tempat tinggi ketempat yang rendah di permukaan bumi akan menciptakan perairan daratan yang berupa sungai, danau, dan rawa.
- Infiltrasi → masuknya air hujan ke dalam tanah, sebagian bergerak ke dalam pori-pori, sebagian lagi masuk kembali ke dalam sungai, danau, dan bahkan laut.
- Perkolasi → air dalam tanah akan mengalami pergerakan anata lapisan di dalam tanah.
- Angin → sumber yang menentukan kekuatan temperatur dari udara atau kondisi uap air di suatu tempat.
- Awan → kumpulan dari beberapa sumber titik air atau es dengan jumlah yang sangat banyak ataupun juga merupakan bagian dari inti kondensasi tanah.
- Air dan tanah → sesuatu pergerakan air yang di dalam tanah sehingga mempunyai beberapa lapisan sumber batu pasir dengan lapisan akuifer.
Siklus Hidrosfer
Setelah mengetahui unsur-unsurnya, sekarang kita akan masuk ke bagian siklus hidrosfer. Nah, siklus hidrosfer ini ada tiga macam berdasarkan pergerakannya, di antaranya yaitu:
Siklus pendek

Pada siklus pendek, terjadi evaporasi dari air laut ke atmosfer yang menyebabkan uap air akan mengalami pembentukan awan, serta pada saat ketinggian tertentu awan akan mencapai titik jenuh dan turun menjadi hujan. Proses siklus pendek ini adalah sebagai berikut:
- Air laut mengalami evaporasi atau penguapan karena adanya panas dari sinar matahari.
- Uap air dari evaporasi atau penguapan ini naik ke atas sampai pada ketinggian tertentu.
- Kemudian, uap air tersebut akan mengalami kondensasi sehingga terbentuklah awan.
- Awan yang terbentuk ini semakin lama akan semakin besar, sehingga turunlah sebagai hujan di atas air laut.
- Air yang turun ini selanjutnya akan kembali menjadi air laut yang mengalami evaporasi atau penguapan lagi.
Siklus sedang

Jenis siklus berikutnya yaitu siklus sedang yang dapat terjadi ketika air laut menguap dan uap airnya akan terbawa oleh angin menuju daratan. Pada ketinggian tertentu, uap air mengalami proses kondensasi menjadi awan, lalu awan tersebut menjadi hujan yang jatuh di daratan, meresap ke dalam tanah, sebagian akan diserap oleh akar tumbuhan, sebagian lagi akan terbawa aliran air permukaan seperti sungai dan parit. Air akan melewati berbagai macam saluran-saluran air yang akan membawanya kembali berakhir ke laut.
Siklus panjang
Untuk jenis siklus ini diawali dengan evaporasi, transpirasi, dan evapotranspirasi. Awan yang terbentuk dibawa oleh angin ke tempat yang lebih tinggi di area daratan. Awan tersebut bergabung dengan uap air yang berasal dari evaporasi danau dan sungai, serta transpirasi tumbuhan. Adanya pengaruh dari ketinggian tempat, uap air mengenai lapisan udara dingin dan mengalami perubahan wujud menjadi menjadi salju, sehingga terjadilah hujan salju saat musim dingin dan juga membentuk bongkahan es di pegunungan tinggi. Bongkahan es di pegunungan akan meluncur ke tempat lebih rendah akibat gaya gravitasi. Bongkahan es yang meluncur karena gaya gravitasi ini disebut juga dengan gletser. Nah, gletser yang terkena suhu tinggi kemudian mencair dan mengalir melalui perairan darat yang akan kembali ke laut.
Dinamika Perairan Laut
Seperti yang kita tau, lapisan hidrosfer berhubungan dengan air laut. Nah, laut sendiri dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan proses terjadi, letak, dan kedalamannya. Berikut adalah penjelasannya masing-masing:
Berdasarkan proses terjadi
- Laut Transgresi → laut yang mengalami kenaikan permukaan laut atau penurunan daratan secara perlahan.
- Contoh : Laut Jawa, Selat Sunda, Laut Cina Selatan, dan Laut Arafuru.
- Laut Ingresi → laut yang bagian dasarnya mengalami penurunan.
- Contoh : Laut Flores, Laut Sulawesi, dan Laut Banda.
- Laut Regresi → laut yang mengalami penyempitan atau pengangkatan dasar laut.
- Contoh : Laut Banda dan Selat Makassar.
Berdasarkan letaknya
- Laut Tepi → laut yang terletak di tepi benua dan terpisahkan dengan lautan.
- Contoh: Laut Cina Selatan
- Laut Tengah → laut yang terletak di tengah benua.
- Contoh: Laut Tengah.
- Laut Pedalaman → Laut yang hampir seluruh wilayahnya di kelilingi daratan.
- Contoh: Laut Hitam dan Laut Kaspia.
Berdasarkan kedalamannya
- Litoral/Pelagis → zona pesisir yang terletak diantara pasang naik dan pasang surut.
- Neritik/Mesopelagic → zona bagian dasar laut sampai pada kedalam 200 m, pada zona ini sinar matahari masih dapat tembus ke dasar laut dan banyak ditumbuhi oleh tumbuhan laut,
- Batial/Bathypelagic → zona yang berada pada kedalaman 200-2000 m, pada zona ini sinar matahari sudah sedikit masuk atau remang, sehingga disebut zona twilight, seba tumbuhan dan binatang laut sudah jarang ditemui.
- Abisal/Abyssopelagic → zona laut dengan kedalam 2000-5000 m ini merupakan zona laut yang sangat dalam, dengan tekanan air yang sangat besar, serta suhu yang rendah dan tidak dapat ditemukan lagi tumbuhan laut.
- Hadalpelagic → zona paling dalam laut dan biasanya ditemukan palung laut.

Relief Dasar Laut
Perlu kamu ketahui, relief dasar lautan terbentuk akibat dari proses tektonik, vulkanik, erosi, dan proses deposisi. Hasil bentukan tersebut hampir mirip dengan topografi yang ada pada permukaan daratan. Relief dasar lautan dibagi menjadi dua bagian, yakni relief mayor dan minor. Bentuk-bentuk yang dihasilkan adalah seperti berikut ini:

Relief mayor
Untuk relief bagian mayor terbagi menjadi empat bagian lagi di dalamnya, yaitu:
- Continental Shelf: Daerah yang mempunyai kemiringannya kira-kira sebesar 0,4% dan berbatasan langsung dengan daerah daratan. Landasan kontinental terbesar terdapat di kontinen Siberia di Laut Artik.
- Continental Slope: Daerah yang mempunyai lereng yang lebih terjal dari Continental shelf di mana ketinggiannya bervariasi antara 3% dan 6%.
- Continental Rise: Daerah yang mempunyai lereng yang kemudian perlahan-lahan menjadi datar pada dasar lautan. Transisi dari kontinental menjadi kerak samudera biasanya terjadi sampai dengan continental rise.
- Abyssal Plain: Daerah yang relatif terbagi rata dari permukaan bumi yang terdapat bagian di sisinya mengarah ke daratan dari sistem mid oceanic ridge.

Relief minor
Sedangkan, untuk relief minor di dalamnya terbagi lagi menjadi enam bagian yang meliputi:
- Ridges → Lereng yang bersifat terjal dan terletak di tengah Atlantik mempunyai tinggi sekitar satu sampai empat kilometer di atas lautan dan memiliki kemiringan dasar dengan lebar sekitar 1.500 sampai 2.000 kilometer.
- Seamount → Gunung berapi yang muncul dari dasar lantai lautan, tetapi tidak dapat mencapai sampai ke permukaan laut. Seamount mempunyai lereng yang curam dan berpuncak runcing.
- Guyot → Bekas gunung api yang puncaknya datar dan tenggelam karena erosi.
- Trench → Bagian laut terdalam yang berbentuk seperti saluran yang seolah-olah terpisah sangat dalam, trench juga dikenal sebagai palung laut.
- Atol → Kumpulan pulau-pulau yang sebagian tenggelam di bawah permukaan air.
- Mid Oceanic Ridge → Jalur punggungan yang bentuknya memanjang di sepanjang zona pemisahan dua buah lempeng samudra.
Bagaimana, Teman KOCO? Sudah mulai paham kan dengan materi kali ini? Pelajari juga tentang litosfer agar pengetahuan kamu makin luas!
Kalau kamu ada pertanyaan, langsung tulis di kolom komentar, ya.
Kamu juga bisa mendownload rangkuman materi gratis atau bertanya langsung dengan guru menggunakan KOCO Star.
Yuk, dapatkan semua aksesnya dengan klik banner di bawah ini!
