Geografi, SMA, Topik Belajar

Mengenal Apa Itu Mitigasi Bencana Alam | Geografi Kelas 11

Hai, Teman KOCO! Indonesia bisa dibilang merupakan salah satu negara yang seringkali mengalami bencana alam. Misalnya seperti gempa bumi, gunung meletus, banjir, tanah longsor, dan lainnya. Hal ini terjadi karena negara kita secara geografis terletak berada di kawasan Ring of Fire atau ‘Cincin Api’ Pasifik, yakni pertemuan tiga lempeng tektonik dunia, Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik. Oleh karena itu, tak heran jika Indonesia rawan terjadi bencana alam. Melihat fenomena ini, pemerintah pun membentuk mitigasi bencana alam untuk membantu mengurangi dampak kerusakan lingkungan akibat bencana alam tersebut. Nah, apa saja bentuk mitigasi bencana alam ini? Yuk, langsung simak penjelasannya di bawah ini!

Apa Itu Mitigasi Bencana Alam?

Okey, mari kita bedah dulu! Jadi, mitigasi adalah serangkaian upaya yang dilakukan untuk meminimalisir dampak negatif dari bencana, baik itu bencana yang disebabkan oleh alam atau ulah manusia (buatan). Sedangkan, bencana merupakan peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Dari pengertian di atas, mitigasi bencana alam bisa diartikan sebagai upaya yang dilakukan untuk mengurangi resiko dan dampak yang disebabkan oleh bencana alam. Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam mitigasi bencana alam ini, yaitu

  • Adanya informasi dan peta kawasan rawan bencana untuk setiap jenis bencana
  • Sosialiasi untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat dalam menghadapi bencana
  • Mengetahui apa yang harus dilakukan dan dihindari serta penyelamatan diri jika bencana terjadi sewaktu-waktu.
  • Pengaturan, penataan kawasan rawan bencana untuk mengurangi ancaman bencana.

Jenis Mitigasi Bencana Alam

Dalam pelaksanaannya, mitigasi bencana terbagi menjadi dua jenis, di antaranya yaitu:

Mitigasi struktural

Untuk jenis mitigasi ini, upaya yang dilakukan dalam meminimalkan bencana adalah dengan membangun berbagai prasarana fisik menggunakan teknologi. Contohnya seperti membuat waduk untuk mencegah banjir, membuat alat pendeteksi aktivitas gunung berapi, menciptakan early warning system untuk memprediksi gelombang tsunami, hingga membuat bangunan tahan bencana.

Mitigasi non struktural

Jika mitigasi struktural merupakan upaya secara fisik, berbeda dengan mitigasi non struktural ini. Untuk mitigasi bencana jenis ini upaya yang dilakukan untuk mengurangi dampak bencana adalah melalui kebijakan dan peraturan. Misalnya yaitu UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, pembuatan tata ruang kota, dan aktivitas lainnya yang berguna bagi penguatan kapasitas warga.

Upaya Mitigasi Bencana Alam

Seperti yang kita ketahui, bencana yang disebabkan oleh alam tidak dapat kita prediksi secara pasti kapan datangnya dan seberapa besar dampaknya. Namun, semakin berkembangnya zaman ada beberapa upaya mitigasi bencana yang bisa dilakukan, seperti:

Pemetaan

Dalam mitigasi bencana, pemetaan sangat penting untuk dilakukan. Sebab, pemetaan ini dapat dijadikan acuan atau tolak ukur dalam membuat keputusan antisipasi kejadian bencana. Melalui pemetaan ini, daerah dengan letak geografis yang rawan bencana akan dikelompokkan dan nantinya akan diberikan penanganan tersendiri. Sayangnya, pemetaan tata ruang dan rawan bencana belum terlaksana dengan baik di Indonesia.

Pemantauan

Setelah melakukan pemetaan, upaya berikutnya adalah pemantauan hasil pemetaan tingkat kerawanan bencana pada tiap daerah. Hal ini tentu akan sangat membantu dalam memprediksi terjadinya bencana dan memudahkan upaya penyelamatan saat bencana terjadi.

Kearifan lokal

Tau nggak sih, pengetahuan, adat istiadat, serta pandangan tradisional juga dapat menjadi salah satu upaya dalam mencegah bencana lho! Di beberapa tempat biasanya mengikuti aturan atau metode yang dilakukan secara turun-menurun dari para leluhurnya untuk menjaga alam semester di sekitarnya. Contohnya pada tsunami tahun 2004 lalu, Pulau Simeulue, Aceh, menerapkan kearifan lokal yang ada dengan menanam tanaman mangrove. Hai ini ternyata berhasil dan terbukti pada saat tsunami, air yang sampai pulau ini hanya 2-4 meter saja, karena hampir seluruh pantai di pulau ini ditutupi oleh tanaman mangrove.

Teknologi modern

Yap, semakin berkembangnya teknologi membuat cara untuk mendeteksi bencana pun semakin canggih, praktis, dan lebih cepat. Teknologi ini pun mempunyai peran penting dalam pengambilan keputusan, peninjauan kerugian materi, dan jumlah korban, sehingga kerugian atau dampaknya menjadi lebih mudah untuk diminimalisir. Berikut ini adalah contoh teknologi-teknologi yang biasa digunakan dalam penanggulangan bencana:

  • Telemetry ⇒ alat pendeteksi dini banjir
  • Bottom pressure sensor ⇒ alat untuk mengukur tekanan dasar laut
  • Seismograf ⇒ pengukur getaran gempa

Peringatan dini

Sebenarnya metode mitigasi bencana yang satu ini merupakan implementasi dari teknologi modern. Jadi, ketika alat-alat di atas seperti seismograf menunjukkan hasil yang berbeda dengan situasi normal, maka peringatan dini pun diumumkan kepada masyarakat. Tujuannya adalah agar masyarakat lebih siaga dan bisa mulai mempersiapkan segala sesuatu yang mereka butuhkan. Peringatan dini ini bisa berupa saran teknis, pengalihan jalur jalan (sementara atau permanen), pengungsian, dan saran penanganan lainnya.

Edukasi

Upaya mitigasi bencana alam yang satu ini bisa dibilang tahap awal yang harus diberikan. Dengan memberikan pengetahuan, informasi, dan penyuluhan sejak dini, maka masyarakat pun menjadi lebih paham dan sadar akan pentingnya melakukan mitigasi bencana ini. Edukasi ini bisa berupa pelatihan atau simulasi bagaimana cara pengungsian dan penyelamatan diri jika terjadi bencana.

Jenis-jenis Bencana Alam

mitigasi bencana alam
Sumber: INDO ASIA

Berikut ini adalah beberapa jenis bencana alam yang sering terjadi di Indonesia dan persebaran wilayah yang rawan akan bencana tersebut:

  • Erupsi vulkanik : Bali, Banten, Bengkulu, DI Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, Maluku, Maluku Utara, NTB, NTT, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Sumatera Utara
  • Tanah longsor : Aceh, Bali, Bangka Belitung, Banten, Bengkulu, DI Yogyakarta, Gorontalo, Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kepulauan Riau, Lampung, Maluku, NTB, NTT, Papua, Papua Barat, Riau, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Sumatera Utara
  • Banjir : Aceh, Bali, Bangka Belitung, Banten, Bengkulu, DI Yogyakarta, DKI Jakarta, Gorontalo, Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kepulauan Riau, Lampung, Maluku, Maluku Utara, NTB, NTT, Papua, Papua Barat, Riau, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Sumatera Utara.
  • Puting Beliung : Aceh, Bali, Bangka Belitung, Banten, Bengkulu, DI Yogyakarta, DKI Jakarta, Gorontalo, Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kepulauan Riau, Lampung, Maluku, Maluku Utara, NTB, NTT, Riau, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Sumatera Utara.
  • Kebakaran hutan dan lahan : Banten, Bengkulu, Gorontalo, Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kepulauan Riau, Lampung, NTB, NTT, Riau, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Sumatera Utara.

Lembaga Penanggulangan Bencana Alam

Agar mitigasi bencana alam berjalan dengan baik dan sistematis, pemerintah pun membentuk berbagai lembaga penanggulangan bencana alam agar lebih mudah dalam eksekusinya. Adapun lembaga penanggulangan bencana alam di Indonesia beserta dengan fungsinya, antara lain:

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)

mitigasi bencana alam
Sumber: BPBD Jatim
  • Mengontrol dan mengkoordinasikan perencanaan serta pelaksanaan kegiatan penanganan bencana maupun kedaruratan secara terpadu.
  • Melaksanakan evakuasi bencana dan kedaruratan yang dimulai dari sebelum kejadian, pada saat kejadian, dan setelah terjadinya bencana.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG)

mitigasi bencana alam
Sumber: BMKG
  • Pemantauan terhadap gempa, angin topan, tsunami, dan gelombang besar air laut.
  • Menyampaikan informasi dan memberikan peringatan dini kepada instansi dan pihak terkait serta masyarakat berkenaan dengan bencana karena faktor meteorologi, klimatologi, dan geofisik.

Badan SAR Nasional (BASARNAS)

mitigasi bencana alam
Sumber: Nasional Tempo.co
  • Pencarian dan pertolongan, penyelamatan, serta evakuasi kepada masyarakat dalam sebuah musibah secara andal, efektif, cepat, efisien, dan aman.
  • Melaksanakan pembinaan, pengkoordinasian dan pengendalian potensi Search and Rescue (SAR) dalam kegiatan SAR terhadap orang dan material yang hilang.

Departemen Pekerjaan Umum Ditjen Sumber Daya Air

mitigasi bencana alam
Sumber: Tribun Manado
  • Memetakan daerah yang sering terkena banjir
  • Memberikan eringatan awal sebelum terjadinya bencana
  • Melakukan suatu mitigasi yang terstruktur seperti pembuatan tanggul dan upaya untuk normalisasi sungai.

Bagaimana, Teman KOCO? Sudah mulai paham kan dengan materi kali ini?

Kalau kamu ada pertanyaan, langsung tulis di kolom komentar, ya. Kamu juga bisa mencoba mengerjakan tugas terkait topik ini di Kelas BesTie lho!

Kamu juga bisa mendownload rangkuman materi gratis atau bertanya langsung dengan guru menggunakan KOCO Star.   

Yuk, dapatkan semua aksesnya dengan klik banner di bawah ini!

koco star

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *