Memahami Bagaimana Kronologi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia | Sejarah Kelas 11
Hai, Teman KOCO! Negara Indonesia mencapai kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Namun, tahukah kamu sebelum tanggal tersebut banyak peristiwa penting yang terjadi dan melibatkan tokoh-tokoh penting Indonesia kala itu? Penasaran bagaimana kronologi proklamasi kemerdekaan Indonesia? Yuk, simak penjelasannya di bawah ini!
Kronologi Kemerdekaan Indonesia
Seperti yang sudah Minco jelaskan di atas, banyak peristiwa penting yang terjadi sebelum Indonesia menyatakan merdeka dari penjajahan. Pada materi kali ini, peristiwa penting itu meliputi pengeboman kota Hirosima dan Nagasaki oleh Amerika, penyekapan Soekarno-Hatta di Rengasdengklok, dan proklamasi kemerdekaan. Setelah kemerdekaan, dibentuklah pemerintahan dan badan-badan negara dengan perannya masing-masing.
Kronologi Proklamasi: Jepang Dikalahkan Pihak Sekutu

Pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945, Amerika Serikat menjatuhkan bom atom pada dua kota di Jepang, yakni Hirosima dan Nagasaki. Dari peristiwa pengeboman tersebut, ratusan ribu penduduk Jepang meninggal dunia dan ratusan ribu lainnya mengalami kecacatan serta kerugian material yang juga tidak terhitung jumlahnya. Kehancuran Kota Hiroshima dan Nagasaki memukul perasaan bangsa Jepang. Mereka tidak dapat menutup mata, bahwa Sekutu lebih unggul dalam persenjataan. Apabila perang dilanjutkan, maka Jepang akan lebih hancur. Akhirnya, Jepang pun memutuskan untuk mengakhiri perang dunia dengan melakukan penyerahan kepada Sekutu tanpa syarat. Penyerahan Jepang kepada Sekutu ini terjadi pada tanggal 15 Agustus 1945, yang kemudian ditandai sebagai berakhirnya Perang Dunia (PD) II. Sebenarnya tanda-tanda kekalahan Jepang dalam PD II sudah terlihat sejak tahun 1943 dengan berhasil direbutnya beberapa wilayah oleh Sekutu. Namun, pengeboman Hiroshima dan Nagasaki merupakan faktor pemicu Jepang harus menyerah.
Kronologi Proklamasi: Dari Rengasdengklok Hingga Pegangsaan Timur 56
Setelah mendengar berita bahwa Jepang telah menyerah tanpa syarat, pada tanggal 15 Agustus 1945 sekitar pukul 22.00 WIB, para pemuda yang dipimpin Wikana, Sukarni, dan Darwis datang ke rumah Soekarno di Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta untuk merapatkan perihal kemerdekaan. Wikana dan Darwis memaksa Soekarno untuk segera memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia dan mendesak agar proklamasi dilaksanakan paling lambat tanggal 16 Agustus 1945. Mendengar hal tersebut, Soekarno pun marah dan sambil menunjuk lehernya ia berkata, “Ini goroklah leherku, saudara boleh membunuh saya sekarang juga. Saya tidak bisa melepas tanggung jawab saya sebagai ketua PPKI”. Soekarno menolak permintaan dari golongan muda sebab ia masih menunggu keputusan dari pihak Jepang yang dulu pernah berjanji bahwa akan memerdekakan Indonesia pada tanggal 27 Agustus 1945.
Setelah para pemuda gagal memaksa Soekarno dan golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan, para pemuda ini kemudian mengadakan pertemuan lagi di Jl Cikini 71 Jakarta. Para pemuda yang hadir, antara lain Sukarni, Yusuf Kunto, Chaerul Saleh, dan Shodanco Singgih. Mereka sepakat untuk membawa Soekarno dan Moh. Hatta ke luar kota. Tujuannya adalah agar kedua tokoh ini jauh dari pengaruh Jepang dan bersedia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Para pemuda juga sepakat menunjuk Shodanco Singgih untuk memimpin pelaksanaan rencana tersebut. Keesokan harinya, pada tanggal 16 Agustus sekitar pukul 04.00 pagi, rombongan Soekarno, Moh. Hatta, dan para pemuda berangkat menuju Rengasdengklok.
Karena hari itu bertepatan dengan rapat anggota PPKI, salah satu anggota yakni Ahmad Soebardjo mencari keberadaan Soekarno dan Moh. Hatta. Setelah terjadi kesepakatan antara Ahmad Soebardjo dan Wikana untuk diantarkan ke Rengasdengklok, ia pun tiba di Rengasdengklok pukul 17.30 WIB untuk menjemput Soekarno dan rombongan. Ada kecurigaan yang menyelimuti perasaan para pemuda ketika bertemu dengan Ahmad Soebardjo. Melihat hal tersebut, akhirnya Ahmad Soebardjo memberikan jaminan, yakni apabila besok (tanggal 17Agustus) paling lambat pukul 12.00, belum ada Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, ia akan memberikan nyawanya. Dengan jaminan itu, maka Shodanco Subeno mewakili para pemuda mengizinkan Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan rombongan kembali ke Jakarta.
Perumusan Teks Proklamasi

Setelah kembali dari Rengasdengklok, para tokoh nasionalis berkumpul di rumah Laksamana Maeda untuk merumuskan teks proklamasi. Rumah Laksamana Maeda dipilih dikarenakan dianggap aman dari kemungkinan gangguan-gangguan Jepang. Ir.Soekarno, Moh.Hatta, dan Ahmad Soebardjo menuangkan ide mereka untuk merumuskan teks Proklamasi, hal ini juga disaksikan oleh Sukarni, Sudiro, Sayuti Melik, B.M Diah dan Miyoshi. Dimana ketiga tokoh yang merumuskan teks prokmasi diawali oleh Soekarno menuliskan “Proklamasi” selanjutnya Ahmad Soebardjo menambahkan kalimat “Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia”, Moh. Hatta menambahkan “ Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya”. Terakhir Soekarno menuliskan Jakarta-17-8-’05 Wakil-wakil bangsa Indonesia”. Teks proklamasi ini ditandatangani oleh Soekarno-Hatta, atas usul Sukarni.
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Soekarno dan para tokoh yang merumuskan teks proklamasi telah sepakat untuk memproklamasikan kemerdekaan di rumah Sukarno di Jl. Pegangsaan Timur No. 56 pada pukul 10 pagi. Sebelum pulang, Moh. Hatta berpesan kepada B.M. Diah untuk memperbanyak teks Proklamasi dan menyiarkannya ke seluruh dunia. Acara yang direncanakan pada upacara bersejarah itu adalah; pertama pembacaan teks proklamasi; kedua, pengibaran bendera Merah Putih; dan ketiga, sambutan walikota Suwiryo dan dr. Muwardi dari keamanan. Hari Jumat Legi, tepat pukul 10.00 WIB, Soekarno dan Moh. Hatta keluar ke serambi depan, diikuti oleh Ibu Fatmawati. Soekarno dan mendekati mikrofon untuk membacakan teks proklamasi.
Acara berikutnya adalah pengibaran bendera Merah Putih yang dilakukan oleh Latief Hendraningrat dan S. Suhud dan S.K Trimurti yang membawa bendera. Bersamaan dengan naiknya bendera Merah Putih, para hadirin secara spontan menyanyikan lagu Indonesia Raya tanpa ada yang memimpin. Setelah itu, Suwiryo memberikan sambutan dan kemudian disusul sambutan dr. Muwardi. Sekitar pukul 11.00 WIB, upacara telah selesai. Kemudian dr. Muwardi menunjuk beberapa anggota Barisan Pelopor untuk menjaga keselamatan Soekarno dan Moh. Hatta.
Pembentukan Pemerintahan dan NKRI
Setelah proklamasi kemerdekaan, para tokoh nasionalis kemudian mulai membentuk pemerintahan, badan-badan negara, kabinet, hingga berbagai partai politik. Berikut ini adalah penjelasannya masing-masing:
Pembentukan Departemen dan Pemerintahan Daerah
Sidang PPKI dilanjutkan kembali pada tanggal 19 Agustus 1945. Acara yang pertama adalah membahas hasil kerja panitia kecil yang dipimpin oleh Otto Iskandardinata. Sebelum acara dimulai, presiden Soekarno ternyata telah menunjuk Ahmad Soebardjo, Sutarjo Kartohardikusumo, dan Kasman Singodimejo sebagai panitia kecil yang ditugasi merumuskan bentuk departemen bagi pemerintahan RI, tetapi bukan personalianya (pejabatnya).
Otto Iskandardinata menyampaikan hasil kerja panitia kecil yang dipimpinnya. Hasil keputusannya tentang pembagian wilayah NKRI menjadi delapan Provinsi, yaitu sebagai berikut: JawaTengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Borneo (Kalimantan), Sulawesi, Maluku, Sunda Kecil, dan Sumatra. Setelah itu, sidang dilanjutkan mendengarkan laporan Ahmad Soebardjo, mengenai pembagian departemen atau kementrian.
Pembentukan Badan-Badan Negara
KNIP ( Komite Nasional Indonesia Pusat ) diresmikan dan anggota-anggotanya dilantik pada tanggal 29 Agustus 1945 di gedung kesenian pasar baru, Jakarta. Pada tanggal 16 Oktober 1945, diselenggarakan sidang KNIP yang bertempat di Gedung Balai Muslimin Indonesia, Jakarta. Sidang ini dipimpin oleh Kasman Singodimejo sebagai ketua KNIP. Dalam sidang ini, diusulkan kepada presiden agar KNIP diberi hak legislatif selama DPR dan MPR belum terbentuk. Berdasarkan usulan dalam sidang tersebut, maka wakil presiden selaku wakil pemerintah, mengeluarkan maklumat yang lazim disebut maklumat wakil presiden No. X yang berbunyi sebagai berikut:

Pembentukan Kabinet
Perlu kamu ketahui, kabinet RI yang pertama dibentuk oleh presiden Soekarno pada tanggal 2 September 1945. Kabinet kala itu terdiri atas para menteri sebagai berikut:
- A.A. Wiranata Kusumah → Menteri Dalam Negeri
- Ahmad Subarjo → Menteri Luar Negerti
- A.A. Maramis → Menteri Keuangan
- Mr. Supomo → Menteri Kehakiman
- Surakhmad Cokroadisuryo → Menteri Kemakmuran
- Supriyadi → Menteri Keamanan
- Buntaran Martoatmojo → Menteri Kesehatan
- Ki Hajar Dewantara → Menteri Pengajaran
- Amir Syarifudin → Menteri Penerangan
- Iwa Kusumasumantri → Menteri Sosial
- Abikusno Cokrosuyoso → Menteri Pekerjaan umum
- Abikusno Cokrosuyoso → Menteri Perhubungan
- Wahid Hasyim → Menteri Negara
- M. Amir → Menteri Negara
- R.M. Sartono → Menteri Negara
- Otto Iskandardinata → Menteri Negara
Pembentukan Partai Politik
Sidang PPKI pada tanggal 22 Agustus 1945 juga memutuskannya adanya pembentukan partai politik nasional yang kemudian terbentuk PNI (Partai Nasional Indonesia). BPKNIP mengusulkan perlu dibentuknya partai partai politik dan selanjutnya ditindak lanjuti oleh Wakil Presiden dengan maklumat pada tanggal 3 November 1945. Setelah dikeluarkan maklumat itu, berdirilah partai-partai politik di NKRI. Beberapa partai politik yang kemudian terbentuk diantaranya yaitu:
- Masyumi
- PKI (Partai Komunis Indonesia)
- PBI (Partai Buruh Indonesia)
- Partai Rakyat Jelata)
- Parkindo (Partai Kristen Indonesia)
- PSI (Partai Sosial Indonesia)
- PRS (Partai Rakyat Sosial)
- PKRI (Partai Katholik Rebublik Indonesia)
- Persatuan Rakyat Marhaen Indonesia
- PNI (Partai Nasional Indonesia)
Bagaimana, Teman KOCO? Sudah mulai paham kan dengan materi kali ini?
Kalau kamu ada pertanyaan, langsung tulis di kolom komentar, ya.
Kamu juga bisa mendownload rangkuman materi gratis atau bertanya langsung dengan guru menggunakan KOCO Star.
Yuk, dapatkan semua aksesnya dengan klik banner di bawah ini!
