Sejarah, SMA, Topik Belajar

Maluku Angkat Senjata: Tokoh & Penyebabnya | Sejarah Kelas 11

Hai, Teman KOCO! Perlawanan kolonialisme dan imperialisme di Indonesia terjadi di berbagai wilayah, salah satunya yaitu Maluku terhadap Portugis dan Belanda. Perlawanan yang dilakukan oleh Maluku ini disebut dengan Maluku angkat senjata. Hal ini disebabkan karena keserakahan dan ketamakan Portugis yang ingin memonopoli perdagangan di Maluku. Sebenarnya apa sih yang melatar belakangi perlawanan ini dan siapa saja tokoh yang terlibat di dalamnya? Daripada penasaran, yuk simak penjelasannya di bawah ini!

Latar Belakang Maluku Angkat Senjata

Maluku angkat senjata
Sumber: Dosenpendidikan.com

Awal mula terjadinya Maluku angkat senjata dimulai ketika Portugis yang datang ke Maluku pada tahun 1521 di wilayah Ternate. Tentu saja kedatangan Portugis disambut baik oleh rakyat Ternate kala itu. Bahkan, mereka diizinkan untuk membangun dan mengembangkan aktivitas di Ternate. Kemudian di tahun yang sama, tepatnya pada tanggal 8 November 1521 tibalah armada Spanyol yang dipimpin oleh Goncalo Gomes dan Carvalhinho di Maluku juga. Berbeda dengan Portugis, armada dari Spanyol ini memasuki pelabuhan Tidore dan diterima oleh Sultan Al Mansur dari Kerajaan Tidore.

Pertikaian Portugis dengan Tidore muncul ketika Antonio de Brito mendengar bahwa ada kapal dari Banda yang ingin membeli cengkeh. Ia merasa bahwa hal ini adalah persaingan dagang, sehingga ia dan orang-orang Portugis lainnya pun menghancurkan kapal tersebut. Namun, karena kapal tenggelam di daerah dekat Tidore, maka orang Tidore membunuh 17 orang Portugis. Dari peristiwa inilah ada dua aliansi yang berbeda, yaitu Portugis-Ternate dan Spanyol-Tidore.

Setelah beberapa kali terlibat dalam konflik, akhirnya dibuatlah perjanjian damai yaitu perjanjian Saragosa dan Spanyol pun keluar dari Maluku. Melihat hal ini apakah kamu bisa tebak apa yang selanjutnya terjadi? Yap, Portugis merasa bebas dan semakin ingin menguasai serta memonopoli perdagangan di Maluku. Keserakahan dan ketamakan Portugis inilah yang membuat rakyat Maluku angkat senjata.

Setelah Spanyol keluar dari Maluku, datanglah bangsa Belanda yang juga disambut dengan tangan terbuka oleh Maluku. Merasa mempunyai kebencian yang sama terhadap Portugis, Maluku dan Belanda pun bekerja sama untuk mengusir bangsa Portugis dari Maluku. Akhirnya, Portugis meninggalkan Maluku pada tahun 1613 dan VOC merebut benteng pertahanan Portugis yaitu benteng Victoria serta membuat benteng baru yang bernama benteng Oranje.

💡 VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie)
Kongsi dagang atau Perusahaan Hindia Timur Belanda yang memonopoli aktivitas perdagangan di Asia.

Tujuan Maluku Melakukan Perlawan

Seperti halnya wilayah yang melakukan perlawanan terhadap bangsa barat, rakyat Maluku kala itu juga mempunyai tujuan penting dari perlawanan yang mereka lakukan, di antaranya yaitu:

  • Melepaskan rakyat Maluku dari tindakan kekejaman dan kesewenang-wenangan Bangsa Eropa.
  • Membebaskan rakyat Maluku dari monopoli perdagangan yang tentu saja sangat merugikan.
  • Memberantas penjajah seperti Portugis yang tidak mengenal nilai-nilai kemanusiaan.
  • Mengembangkan pemerintahan yang berdaulat dari dominasi penjajah.

Perjalanan Maluku Angkat Senjata

Melihat perlakuan Portugis yang semena-mena, rakyat Ternate pun bersekutu dengan Tidore untuk melawan Portugis. Perlawanan dari rakyat Maluku ini terbagi menjadi tiga kepemimpinan, yaitu:

Sultan Hairun

Maluku angkat senjata
Sumber: Genial.ly

Perlawanan pertama yang dilakukan oleh rakyat Maluku terhadap Portugis dipimpin oleh Sultan Hairun dari Kerajaan Ternate. Sayangnya, Gubernur Portugis yaitu Diogo Lopez de Mesquita justru menangkap dan menawan Sultan Hairun. Tindakan tersebut tentu saja membuat Maluku semakin geram dan marah, sehingga mereka, terutama rakyat Ternate kembali menyerang dan membunuh para prajurit Portugis. Karena Portugis merasa kewalahan, akhirnya mereka pun menawarkan perundingan kepada Sultan Hairun, namun ternyata dalam proses perundingan tersebut Sultan Hairun tewas dibunuh di benteng tempat perundingan tersebut berlangsung.

Sultan Baabullah

Maluku angkat senjata
Sumber: Pikiran Rakyat Tasikmalaya

Konflik antara Maluku dan Portugis pun semakin memanas, sehingga terjadi pertempuran hebat yang dipimpin oleh Sultan Baabullah. Awalnya, Sultan Baabullah menuntut penyerahan Lopez de Mesquita untuk diadili, namun permintaan tersebut ditolak. Sampai akhirnya, Sultan Baabullah pun melakukan serangan besar-besaran terhadap Portugis dengan memblokade benteng-benteng di Ternate, seperti benteng Tolukko, Santo Lucio, dan Santo Pedro. Semua benteng ini jatuh ke tangan Sultan Baabullah dalam waktu singkat dan hanya menyisakan beneng Sao Paulo saja yang menjadi tempat tinggal de Mesquita.

Singkat cerita, pada tahun 1575 seluruh kekuasaan Portugis di Maluku pun jatuh dan hanya tersisa benteng Sao Paulo tadi yang masih dalam pengepungan. Lima tahun berikutnya, Sultan Baabullah memberikan ultimatum kepada bangsa Portugis untuk meninggalkan wilayah Ternate dalam waktu 24 jam.

Pangeran Nuku

Maluku angkat senjata
Sumber: Klikkoran.com

Seperti yang sudah Minco jelaskan di atas, rakyat Maluku memang awalnya bekerja sama dengan Belanda untuk mengusir Portugis dari Maluku. Akan tetapi, setelah Belanda mulai melakukan kongsi dagang dan monopoli perdagangan rempah-rempah, rakyat Maluku merasa sengsara dan tertekan oleh kedatangan mereka. Melihat hal ini, kemudian Maluku memutuskan untuk angkat senjata melawan VOC dibawah kepemimpinan Kapten Kakiali (1635) dan Sultan Jamaluddin (abad ke-17), namun sayangnya kedua era ini Maluku mengalami kekalahan.

Sampai akhirnya, pada akhir abad ke-18 tepatnya pada tahun 1797 rakyat Maluku kembali melakukan perlawanan besar yang dipimpin oleh Pangeran Nuku dari Kerajaan Tidore. Pangeran Nuku menggunakan strategi politik Devide et Impera, sama dengan strategi yang dilakukan bangsa barat untuk melawan Belanda. Caranya adalah dengan menghasut orang Inggris untuk mengusir VOC dari Maluku. Hasilnya, tentu saja Pangeran Nuku berhasil merebut kembali wilayah Tidore dari tangan VOC dan juga mengusir bangsa Inggris untuk keluar dari Maluku. Akan tetapi, upaya ini hanya bertahan sampai Pangeran Nuku meninggal dunia pada tahun 1805.

Kapitan Pattimura

Maluku angkat senjata
Sumber: Merdeka.com

Setelah Pangeran Nuku meninggal dunia, VOC menguasai kembali wilayah Tidore. Sehingga, Maluku pun harus melakukan perlawanan kembali yang kali ini dipimpin oleh Thomas Matulessy atau Kapitan Pattimura. Awal peperangan dimulai dengan menyerang pos-pos dan benteng Belanda pada tanggal 16 Mei 1817. Melalui penyerangan ini, Kapitan Pattimura berhasil merebut benteng Duurstede. Meskipun Belanda dengan 200 prajuritnya mencoba menyerang dan merebut bentengnya, namun mampu digagalkan oleh Kapitan Pattimura.

Dalam buku Kapitan Pattimura (1985) karya I.O Nanulaitta, pengkhianatan Raja Booi dari Saparua mengakibatkan Pattimura tertangkap dan dihukum gantung. Raja Booi membocorkan informasi tentang strategi perang Pattimura dan rakyat Maluku, sehingga Belanda mampu merebut kembali Saparua.

Bagaimana, Teman KOCO? Sudah mulai paham kan dengan materi kali ini?

Kalau kamu ada pertanyaan, langsung tulis di kolom komentar, ya.

Kamu juga bisa mendownload rangkuman materi gratis atau bertanya langsung dengan guru menggunakan KOCO Star.   

Yuk, dapatkan semua aksesnya dengan klik banner di bawah ini!

koco star

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *